“Nak, Apa Itu 儿子,那是什么? “
Seorang ayah yang sudah berumur sedang berjalan santai bersama anaknya, setelah anak tamat kuliah lalu bekerja di luar kota.
Tidak mudah bagi ayah berkunjung ke kota, mereka berdua berjalan di taman belakang, ketika seekor burung berkicau, ayah menunjuk dan bertanya: “Nak, apa itu?”
Karena mata ayah mulai kabur dan pendengaran juga menurun, anak menjawab: “Seekor burung gagak.”
Ia berulang kali menanyakan pertanyaan yang sama, anak mulai tidak sabar, dan menjawab dengan nada yang semakin tinggi, “Ayah ini seekor burung gagak, apakah kedengaran?”
Ayah tidak berbicara, ia berdiri dan berjalan dengan gemetar memasuki rumah. Ia menemukan sebuah buku catatan yang sudah menguning, yang merupakan buku harian ayah.
Membuka halaman berisi kisah dari 25 tahun silam, ia bacakan untuk anaknya: “Hari ini, saya mengajak anak kesayanganku berjalan-jalan di taman, anak melihat seekor burung lalu bertanya: ‘Ayah, apa ini?’ Saya memberitahukan dia bahwa ini seekor burung gagak, rasa penasaran anakku sangatlah tinggi dan dia terus bertanya hingga 25 kali. Dengan penuh kesabaran saya mengajarinya berulang kali, akhirnya anak bisa mengingat bahwa ini adalah seekor burung gagak. Betapa bahagianya seorang ayah ketika melihat putranya bisa mengenal kata!”
Setelah selesai membaca halaman ini, anaknya menangis tersedu-sedu, berkata: “Ayah, kamu telah membuat saya mengerti banyak hal, mohon maafkan saya Ayah!”
Berbakti merupakan landasan bagi seorang praktisi Buddhis, kita harus memahami berbakti, tata krama dan integritas.
Orang yang ingin mempelajari Buddha Dharma dengan baik, terlebih dahulu harus berbakti kepada orang yang lebih tua, agar memiliki landasan untuk mempelajari Buddha Dharma.
Thanks! Share it with your friends!
Tweet
Share
Pin It
LinkedIn
Google+
Reddit
Tumblr